GRAVIMETRI
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Kimia Analisis II yang
Dibimbing Oleh Ibu Ade Heri Mulyati, M.Si
Disusun oleh :
1. Yuspiter
Ndruru (
062113034 )
2. Dea
Devita Sandra ( 062113036 )
3. Syamirah
(
062113037 )
4. Arum
Suciati (
062113042 )
5. Fida
Nur Afifah ( 062113063 )
6. Wulandari
Sitorus (
062113086 )
7. Susi
Nurhayati ( 062113089 )
8. Anissa
Yulistiawati ( 062113093 )
9.
M. Syarif H.
( 062113096 )
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kimia
Analisis II yang
berjudul “GRAVIMETRI”
Adapun makalah Kimia Analisis II ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini dimasa mendatang.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Bogor, Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………….....................……………i
DAFTAR ISI
………………………………………….........................………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
………………….…………… ………....1
1.2
Rumusan Masalah
………………………………….....…...2
1.3
Tujuan……………………………………………………...2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis
Gravimetri…………………………….........3
2.2 Prinsip Gravimetri.…………………………………………4
2.3 Metode
Gravimetri………….……………………………...4
2.4 Syarat-Syarat Analisis Gravimetri
…..…………………….6
2.5 Langkah-langkah Analisis Gravimetri……………………...10
BAB III APLIKASI GRAVIMETRI
3.1 Pentetapan Kadar Kalium
dalam Air laut…………………….20
3.2 Penetapan Kadar SiO2
dalam Pupuk Dolomite ………………22
3.3
Penentuan kadar SiO2 Dalam Bauksit ………………………..23
3.4 Penetapan Kadar Sulfur dalam Pupuk………………………...24
3.5 Penetapan kadar sulfat dalam
pupuk ZA …………………….25
3.6 Penetapan kadar Sulfat dalam Air Laut
……………………...26
3.7 Penentuan Kadar Kalsium dalam Batu kapur
……………….27
3.8 Penetapan Kadar Sulfat Dalam Semen ………………………28
3.9 Penetapan Kadar Silikat Dalam Batu Bara
.............................30
BAB IV PENTUTUP
4.1 Kesimpulan ………………………………..................… 31
4.2 Saran ………………………………………....................31
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sudah
diejalskan bahwa dalam analisa gravimetric , penemtuam jumlah zat didasarkan
pada penimbangan, dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan analisa
yang direaksikan. Hasil reaksi ini dapat sisa bahan, atau suatu gas yang
terjadi atau suatu endapan yang idbentuk dari bahan yang dianalisa itu.
Berdasarkan hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetric yaitu cara
evolusi dan cara pengendapan.
Dalam
cara evolusi bahan direaksikan, sehingga timbul suatu gas caranya dapat dengan
memanaskan bahan tersebut, atau
mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada umumnya yang dicari ialah
banyaknya gas yang terjadi. Cara mencari jumlah gas tersebut dapat secara tidak langsung dan langsung. Secara tidak langsung
dalam hal ini analatlah yang ditimbang setelah bereaksi, berat gas diperoleh
sebagai selisih berat analat sebelumnya dan setelah reaksi itu. Sedangkan
secara langsung gas yang terjadi
ditimbang setelah diserap oleh suatu bhan yang khusus untuk gas yang
bersangkutan. Sebenarnya gas yang ditimbang ialah bahan penyerap itu yaitu
sebelum dan sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh sebagai selisih
kedua penimbangan.
Dalam
cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu reaksi suatu
endapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara memebentuk endapan,,
maka gravimetric dibedakan menjadi du macam yaitu pertama endapan dibentuk
dengan reaksi antara analat dengan suatu pereksi, endapan biasanya berupa
senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan. Bahan
pengendapnya mungkin anorganik ataupun organic. Cara inilah yang biasanya
disebut gravimetric. Yang kedua endapan dibentuk secara elektrokimia,dengan
perkataan lain analit dielektrosa,sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara
ini biasanya disebut elektrogravimetri, dengan sendirinya umumnya kation yang
dapat diendapkan
1.2 Rumusan
Masalah
·
Apa pengertian analisis
gravimetri ?
·
Bagaimana tahap-tahap
dalam analisis gravimetri ?
·
Bagaimana aplikasi
gravimetri dalam kehidupan sehari-hari ?
1.3 Tujuan
·
Untuk mengetahui
pengertian analisis gravimetri
·
Untuk mengetahui
tahap-tahap analisis gravimetri pada suatu sample
·
Untuk mengetahui apa
saja yang bisa dianalisis menggunakan metode gravimetri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis Gravimetri
Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia
analitik untuk menentukan
kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah
melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri melibatkan proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.
Gravimetri dapat digunakan dalam analisis kadar air. Kadar air bahan
bisa ditentukan dengan cara gravimetri evolusi langsung ataupun tidak langsung.
Bila yang diukur ialah fase padatan dan kemudian fase gas dihitung berdasarkan
padatan tersebut maka disebut gravimetri evolusi tidak langsung. Untuk
penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan
memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110–130 °C. Berkurangnya berat
sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air
kristalnya.
Analisis Gravimetri merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif dengan penimbangan meliputi proses isolasi dan pengukuran
berat suatu konstituen tertentu.Tahap awal
dari analisis gravimetri adalah pemisahan
komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat
dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan yaitu transformasi
konstituen ke dalam bentuksenyawa stabil
dan murni yang dapat diukur. Pengukuran dalam metode gravimetri adalah
dengan penimbangan. Banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan
antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul
relatif dan berat endapan hasil reaksi.
2.2 Prinsip
Gravimetri
•
Konstituen kimia atau analit
diendapkan dengan pereaksi tertentu berdasarkan reaksi pengendapan
•
A + B Ã C
•
A = analit
•
B = reagen pengendap
•
C = endapan terhidrat
Reagen pengendapan ini harus memenuhi persyaratan tertentu agar
analisis berjalan dengan sebaik-baiknya.
2.3 Metode Gravimetri
A. Metode Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan
secara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, dilarutkan dalam
pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen tertentu.
Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu memiliki kelarutan
sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara
menimbang. Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar daripada
pori-pori alat penyaring (kertas saring),kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yangmengandung ion
sejenis dengan ionendapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkankan pengotor yang
terdapat di permukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk
dikeringkan pada suhu100-130oC atau dipijarkan sampai suhu 800oC
tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation
misalnya,pengendapan sebagai garam sulfida,pengendapan nikel dengan
DMG,pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida
dengan mengatur pH larutan.
Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk memperkecil kelarutan
produkyang diinginkan.
aA + rR → AaRr(s)
Penambahan reagen R secara
berlebihakan memaksimalkan produk AaRr(s) yang
terbentuk.
B.
Metode Penguapan
Metode penguapan dalam analisis gravimetric
digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relative
mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam metode ini dapat dilakukan dengan
cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereksi
tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau
penambahan suatu pereksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak
mudah menguap. Langkah kerjanya adalah analit ditimbang , diuapkan
, ditimbang , bagian
yang hilang ditentukan .
Metode penguapan ini dapat digunakan untuk
menentukan kadar air (hidrat)dalam suatu senyawa atau kadar air dalam
suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan
beratair kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal
adalah110-130oC. Garam-garam anorganik banyak yang bersifat
higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai
airkristal.
AB.xH2O pemanasan
AB + x H2O
C.
Metode Elektrogravimetri
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi
ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk
kation apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu
tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan
oksidasi 0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan
beratnya. Langkahnya adalah sample ditimbang , dielektrolisa,dan
endapan ditimbang. Misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel
cairdengan cara mereduksi Cu+2+ 2e Cu(s) .
Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel
yangdiduga mengandung kadar logam terlarut cukup besarseperti air limbah.
2.4 Syarat- Syarat
Analisis Gravimetri
Penelahaan sedikit mendalam dari
prosedur di atas menunjukkan beberapa persoalan yang pelru diperhatikan, agar
hasil analisa dapat dianggap baik dan benar harus memenuhi beberapa syarat
endapan diantaranya :
a. Kesempurnaan
Pengendapan
Yang dimaksud kesempurnaan endapan
ialah apabila semua NaCl ( sample ) yang terlarut telah diubah menjadi endapan.
Bila belum, maka berat AgCl kurang dari semestinya dan banyaknya NaCl menurut
hitungan hasil analisa juga menjadi kurang dari sebenarnya kesempurnaan
pengendapan ini, dengan perkataan lain kelarutan endapan dibuat sekecil
mungkin. Hal ini kita capai dengan mengatur factor-faktor kelarutan zat (dalam hal ini elektrolit ) diantaranya :
·
Sifat endapan itu sendiri
: yang dapat dilihat dari Ksp nya. Dalam hal endapan klorida, PbCl2
lebih mudah larut daripada AgCl ( coba hitunglah dari Ksp masing-masing ), maka
NaCl lebih baik diendapkan sebagai garam klorida lain yang mempunyai kelarutan
lebih kecil lagi daripada AgCl.
·
Pemberian Ion pengendap
yang berlebih : dalam contoh NaCl di atas diberikan Ag+ melebihi yang
diperlukan untuk mengendapkan semua Cl-. Berdasarkan teori pengerasan
kesetimbangan mudah kita pahami, bahwa Cl- yang tidak terendapkan makin
berkurang, jadi pengendapan NaCl semakin sempurna : Ag+ + cl – menjadi AgCl
·
Pada umumnya, pada suhu
tinggi kelarutan endapan lebih besar daripada suhu rendh. Bila perbedaan
kelarutan pada kedua suhu itu besar, maka sewaktu mengendapkan suhu larutan
dibuat rendah. Contohnya ialah Mg2+ yang secara gravimetri diendapkan menjadi
MgNH4PO4 dalam air es. Tetapi banyak endapan yang pada suhu tinggi hanya
sedikit berbeda kelarutannya daripada pada temperature rendah, misalnya Fe
(OH)3, atau BaSO4, jadi tidak perlu diendapkan dengan air es, malah sebaliknya
diendapkan dalam larutan mendidih. Sebabnya reaksi berlangsung lebih cepat dan
kemurian endapan lebih baik. Hal ini akan dibicarakan lebih mendalam pada
bagian yang bersangkutan.
·
Adanya kalanya
kepolaran larutan diubah ( dikurangi ) dengan menambahkan misalnyaalkohol, maka
endapan elektrolit sebagai suatu senyawa polar juga berkurang kelarutannya (
lebih mudah mengendap )
b. Kemurian
Endapan
Endapan murni ialah endapan yang bersih,
artinya tidak mengandung molekul-molekul lain ( zat-zat lain, yang biasanya
disebut pengotor atau kontaminan ).
Pengotoran=kontaminasi oleh zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul
dari larutan yang berisi macam-macam zat.
Dalam Pengendapan AgCl di atas,
setidak-tidaknya larutan berisi campuran dari ion-ion Na+,Cl-,Ag+,NO3- ditambah
bahan-bahan yang berasal dari ikan asin yang dianalisa itu. Setelah AgCl
mengendap, larutan masih berisi komponen-komponen tadi kecuali Cl-. Dan zat-zat
yang mudah terbawa oleh AgCl, misalnya seara diadsorpsi ( diserap pada permukaa
butir-butir endapan ) atau teroklusi ( terkurung diantara butir-butir endapan
yang menggumpal menjadi satu ).
Endapan yang kotor tentu saja lebih
berat daripada semestinya, maka banyaknya analat yang dihitung berdasarkan
berat endapan yang kotor, juga lebih dari yang sebenarnya (kesalahan positif ).
Jadi harus diusahakan memperoleh endapan semurni mungkin ( 100% murni tidak
dapat). Usaha –usaha itu dilakukan baik sewaktu membentuk endapan ( dalam
proses pengendapan ) maupun sesudahnya. Hal imi akan diuraikan lebih lanjut
kelak, sementara ini dapat disebut sebagai usaha sesudah proses pengendapan,
aging dan pencucian endapan setelah endapa disaring.
c. Susunan
Endapan
Dalam contoh di atas, kita hitung NaCl
berdasarkan rumus :

Sudah
disebut pada dua paragraph di atas, bahwa berat AgCl tidak boleh kurang maupun
lebih dari berat yang semestinya diperoleh dari NaCl yang ada dalam analat.
Sebab-sebab kealahan sudah disebutkan pula pada paragraf pertama dan kedua itu,
tetapi masih ada kemungkinan kesalahan karena sebab lain, yaitu susunan endapan
yang tidak tetap. AgCl kurang baik untuk
menjelaskan
persoalan ini, lebih mudah bila ditinjau analisa senyaawa besi. Dari senyawa
ini dibuat misalnya endapan Fe(OH)3. Hidroksida ini sendiri mempunyai susunan
tetap dan tertentu, akan tetapi sebagai endapan selalu berbentuk hidroksida
berair, Fe(OH)3.Nh2O dengan jumlah H2O, yaitu n tidak tertentu. Tidak tertentu
disini maksundya ialah, bahwa setiap kali dibuat endapan, tidak diperoleh n
dengan nilai yang sama. Maka kalau n tidak dibuat endapan, tidak diperoleh n
dengan nilai yang sama. Maka kalau n tidak tertentu, berdasarkan berat endapan
tidak dapat dihitung berapa banyaknya Fe dalam analat. Jadi akan sia-sia
pembentukan endapan dan analisa tidak mungkin. Jadi harus dicari endapan yang
kemudian dapat diubah menjadi zat yang komposisinya tertentu.
d. Endapan
tunggal
Adalah endapan yang memilih reaksi
yang tunggal dan kadang-kadang dengan
mengatur lingkungan reaksi
e. Endapan
Kasar
Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak
kecil, halus, melainkan besar. Hal ini penting untuk kelancaran penyaringan dan
pencucian endapan. Endapan yang disaring akan menutupi pori-pori kertas saring,
bila endapan halus maka butir-butir endapan itu dapat masuk ke dalam pori-pori
lalu lolos,hilang, maka endapan tidak kuantitatif lagi karena kurang. Bila
menyumbat pori-pori maka cairan sukar melewatinya sehingga cairan tidak lekas
habis, dengan perkataan lain, penyaringan menjadi lama atau tidak mungkin lagi.
Bila endapa kasar, ,aa penyumbatan lolos aau tidak mungkin, penyaringan lancer
dan cepat selesai. Di samping itu, pencucian endapan lebih mudah dan lebih
cepat pula. Untuk memperoleh endapan kasar dilakukan usaha-usaha baik sewaktu
endapan dibentuk maupun sesudahny, seperti halnya mengusahakan kemurnian
endapan. Pada pokoknya yang dilakukan ialah : mengatur agar endapan tidak
terjadi terlalu cepat atau terlalu mudah, digestion dan aging
f. Endapan
Sensitif
Yang dimaksud ialah perekais yang
digunakan hanya dapat mengendapkan komponen yang dianalisa. Dengan demikian,
maka setelah analat dilarutkan , pembentukkan endapan tidak perlu didahului
pemisahan kmponen-komponen yang mungkin akan ikut mengendap bila dipakai
perekasi lain yant tidak spesifik. Dengan begitu, analisa lebih singkat karena
berkurang satu tahap, bahkan tahap yang sering sangat sulit seperti telah
dikemukakan pada pembicaraan tahap tahap analisa kimia. Selain itu, kemungkinan
terjadi kesalahan juga berkurang seab setiap tahap pekerjaan merupakan sumber
kesalahan tersendiri.
g. Endapan Spesifik
Endapan
yang sifatnya bersangkutan.
2.5 Langkah-Langkah
Analisis Gravimetri
Dalam metoda gravimetri secara
terperinci kurang lebih ada 14 langkah diantaranya adalah sebagai berikut ini :
·
Sampling
Sampling merupakan tahap awal
analisis gravimetric yang umum. Dengan
memperhatikan metoda-metoda sampling yang benar maka akan didapat sample
yang representative ( mewakili secara keseluruhan ). Cara-cara sampling yang
harus dilakukan tergantung kepada tujuan analisis dari bentuk materi yang
disampling misalnya, sampling udara perlu mempertimbangkan jarak titik dan
jumlah sampling dalamsuatu wilayah yang menjadi perhatian, serta waktu dan lama
pengambilan, dan juga ketinggian dari tanah menjadi pertimbangan. Sampling air
sungai sangat berbeda dengan sampling udara. Sampling tanaman lebih sederhana
dibandingkan udara dan air. Kesalahan cara sampling akan didapatkan sample yang
tidak representative yaitu tidak mewakili keadaan secara keseluruhan sehingga
mengakibatkan salah interpretasi.
·
Penimbangan Cuplikan
Penimbangan cuplikan adalah tahap
kedua setelah sampling. Sampling yang telah siap ditimbang di kaca arloji,
gelas kimia,krus porcelain,atau kertas saring ( disesuaikan dengan bobot).
Penimbangan dilakukan di necaca analitik dengan 4 angka ketelitian.
·
Pengeringan
Pengeringan ini dilakuan dilakukan
di dalam oven dengan suhu 105-110 oc. Pada suhu 105oc 10-15 menit didapatkan
sample yang sangat baik, dengan pemanasan di atas 110 oc dikhawatirkan aka nada
zat-zat yang menguap sehingga memungkinkan untuk menghilangkan bobor berat
analit ( berat menjadi berat yang tidak sesungguhnya).
·
Penimbangan
Penimbangan yang dimaksud pada
tahap ke empat ini adalah untuk menghitung kadar air. Analit yang telah
dikeringkan di dalam oven didinginkan terlebih dahulu di dalam eksikator,
setelah itu ditimbang lagi di neraca analitik. Apabila pertambahan bobot analit
> 0,0009 mg maka kadar air sudah bisa ditentukan sedangkah kalau pertambahan
bobot analit < 0,0009 mg ini berarti kadar air dalam analit masih ada
sehingga harus dimasukkan ke dalam oven 5-10 menit lagi. Tahap 1-4 merupakan tahap
untuk menghitung kadar air
·
Pelarutan
Setelah menghitung kadar air
selanjutnya endapan tadi dilarutkan. Kebutuhan pelarut pengendap idealnya
adalah 10% lebih besar dari kebutuhan
minimal yang diperlukan. Jika kurang dari kebutuhan ideal ini maka pengendapan
tidak sempurna. Kelebihan 10% larutan pengendap dmaksudkan agar terjadi efek
ion senama yang dapat memperkecil kelarutan endapan. Penggunaan pelarut yang berlebihan berarti
pemborosan dan banyak menghasilkan limbah. Kecocokan
Pelarut :
- Air untuk melarutkan garam-garam
- HCl untuk melarutkan senyawa karbonat
- HNO3 untuk melarutkan logam-logam
- Aquaregia yang terdiri dari HCl + HNO3 (3:1) yang digunakan untuk melarutkan senyawa silikat
Pelarutan adalah Usaha untuk
mengubah contoh uang berupa padatan menjadi bentuk larutan. Untuk melakukan
pelarutan dapat menggunakan 2 macam pelarut, yaitu:
a. Pelarut
organic yang digunakan untuk melarutkan senyawa organic. Contoh Pelarut Organik
yaitu, Alkohol, N.Hexane, Eter , Benzen, Cloroform, dll.
b. Pelarut
anorganik yang dapat digunakan untuk melarutkan senyawa anorganik. Contoh
pelarut anorganik yaitu Air untuk melarutkan garam-garam, HCl untuk melarutkan
senyawa karbonat, HNO3 untuk melarutkan logam-logam, dan Aquaregia yang
terdiri dari HCl + HNO3 (3:1) yang digunakan untuk melarutkan senyawa
silikat.
·
Pengaturan Kondisi
Larutan
Setelah analit dilarutkan dengan
pereaksi yang sesuai selanjutnya kondisi larutan ini harus diatur pHnya,suhu
dan temperature. Hal ini bertujuan agar larutan pada saat diendapkan sesuai
dengan tujuan zat apa yang akan kita endapkan karena setiap senyawa memiliki
sifat yang berbeda-beda.
·
Pengendapan
Pengendapan
adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak larut dalam
air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun.
Prosedur analisis menentukan jumlah pereaksi yang digunakan atau ditambahkan
kedalam sampel/analat agar terbentuk endapan. Dalam kasus dimana jumlah pengendap
tidak disebutkan, biasanya dapat dilakukan estimasi kasar dengan cara
perhitungan sederhana yang melibatkan konsentrasi pereaksi dan perkiraan berat
zat/konstituen yang ada. Biasanya disarankan pemakaian pengendap berlebih
karena kelarutan endapan-endapanberkurang atau menurun, yang disebabkan oleh
efek ion yang sama (common – ion effect). Kelebihan pengendap yang banyak tidak
diinginkan, bukan saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena endapan
dapat cenderung melarut kembali dalam kelebihan pereaksi yang banyak, membentuk
ion rangkai (kompleks). Sebagai contoh, senyawaan perak diendapkan dengan
senyawa klorida dan endapan menjadi lebih, tidak dapat larut bila terdapat
cukup kelebihan klorida, tetapi kelebihan klorida yang besar melarutkan endapan
tadi :
Ag Cl + 2Cl¯ Ag
Cl3 2¯
Secara umum, bila tidak ditentukan, dapat digunakan atau
ditambahkan 10% kelebihan pengendap. Dalam semua hal, cairan supernatan atau
saringan (filtrat) harus diuji untuk mengetahui kesempurnaan endapan dengan
menambahkan sedikit penambahan jumlah pengendap.Hal yang utama dalam analisis
gravimetri ialah pembentukan endapan yang murni dan mudah disaring .
Pengendapan mulai terjadi dengan terbentuknya sejumlah
partikel kecil yang disebut inti-inti (nukla) bila ketetapan hasil kali
kelarutan (Ksp) suatu senyawaan dilampaui. Partikel-partikel kecil ini
ukurannya akan membesar dan akan mengendap kedasar wadah. Partikel-partikel
yang relatif besar ini seringkali lebih murni dan lebih mudah disaring. Pada
umumnya ukuran partikel meningkat mencapai ukuran maksimum dan kemudian
berkurang bila konsentrasi pereaksi pereaksi dinaikkan. Diketahui bahwa makin
kecil kelarutan suatu endapan maka semakin kecil ukuran partikelnya. Tetapi
ketentuan ini merupakan aturan kasar atau tidak mutlak sebagai contoh perak
klorida (AgCl) dan bariumsulfat (BaSO4) mempunyai kelarutan molar
yang sama (Ksp sekitar 10¯10 tetapi partikel bariumsulfat jauh
lebih besar daripada perak klorida bila digunakan kondisi pengendapan yang
serupa. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kelarutan ialah :
·
suhu
·
pH
·
pemakaian zat pengkompleks
Pengendapan sangat umum dilakukan pada suhu tinggi, dengan
alasan bahwa garam dari asam lemah seperti kalsiumoksalat (CaC2O4)
dan seng sulfida (ZnS) lebih baik bila diendapkan dalam suasana asam lemah
daripada suasana basa. Bariumsulfat akan lebih baik diendapkan dalam larutan
asam klorida 0,01 M sampai dengan 0,05 M karena kelarutan akan meningkat dengan
terbentuknya ion hidogensulfat (HSO4-).
Setelah endapan terbentuk kadang-kadang perlu dilakukan
pencernaan (digestion) atau penuaan (aging) artinya endapan tersebut dibiarkan
bersentuhan atau kontak dengan larutan induk (mother liquor), biasanya pada
suhu yang ditinggalkan sebelum penyaringan dilakukan.Partikel-partikel kecil
dari endapan berbentuk kristalin seperti BaSO4, lebih dapat larut
dibandingkan partikel-partikel besarnya yang mengakibatkan larutan tersebut
lewat jenuh terhadap partikel besar. Untuk meningkatkan ukuran partikel dari
kecil menjadi besar seperti pada endapan kristalin BaSO4, dilakukan
prosespemasakan (ripening). Pemasakan ini dapat dilakukan
diatas penangas air (water bath) dimana wadah beserta endapan disimpan
diatasnya selama 30 – 60 menit. Endapan selai (gelatin) seperti besi (III)
hidroksida tidak dicerna (digest) karena endapan kecilnya tidak begitu berbeda
dengan endapan besarnya sehingga tidak terjadi peningkatan ukuran yang berarti.
Untuk memperoleh endapan dengan partikel berukuran besar, pengendapan dilakukan
dengan menambahkan perlahan-lahan larutan encer pengendap. Endapan kristalin
biasanya dicernakan pada suhu yang dinaikan sebelum penyaringan yang bertujuan
untuk makin meningkatkan ukuran partikel.
Pada waktu proses pengendapan suatu endapan, dapat terjadi
suatu zat yang biasanya dapat larut akan terbawa mengendap dan peristiwa ini
disebut kopresipitasi. Sebagai contoh suatu larutan barium klorida yang
mengandung sedikit ion nitrat dan kedalam larutan ini ditambah pengendap
asamsulfat maka endapan bariumsulfat akan mengandung barium nitrat. Hal ini
diistilahkan nitrat tersebut dikopresipitasi bersama sulfat.
Kopresipitasi dapat terjadi karena terbentuknya kristal campuran
atau oleh adsorpsi ion-ion selama proses pengendapan. Kristal campuran ini
memasuki kisi kristal endapan, sedangkan ion-ion yang teradsorpsi ditarik
kebawah bersama-sama endapan pada proses koagulasi.
·
Pecernaan ( digestion )
Digestion
atau aging adalah membiarkan endapan terndam dalam larutan induknya untuk waktu
yang lama. Selama itu proses pengendapan dan penggumpalan mencapa
kesetimbangan, dan dihasilkan Kristal-krital lebih kasar dan lebih murni.
Seperti terlihat pada ikhtisar, digestion haynya efektif untuk kotoran karena
pengendpan susulan justru bertambah karena digestion, sehingga bila terdapat
kotoran macam itu digestion harus ditiadakan atau dikurangi jangka waktunya.
Digestion dapat dilakukan tanpa atau memanaskan larutan, tetapi tidak boleh
sampai mendidih. Cara – cara digestion menambah pemurnian dan kasarnya.
Kristal-kristal anatara lain diantaranya :
a.
Kristal-kristal kecil lebur jadi satu menjadi lebih besar,
hal ini disebut Ostwald ripening. Bersamaan dengan itu kotoran yang terbawa
dilepas kembali ke larutan induk.
b.
Kristal-kristal menjadi lebih semprna. Tegangan-tegangan
menyebabkan Kristal mudah larut, maka selama digestion terjadi pelarutan
kembali bagian-bagian yang tidak sempurna lalu mengendap kembali menjadi
Kristal sempurna. Dalam proses peleburan iru kotoran-kotoran lepas kembali ke
dalam lartan.
c.
Kadang- kadang banyak kotoran diadsopsi pada awal
pengkristalan. Digestion memberikan kesempatan tercapai kesetimbangan antara
kotoran yang teradsorpsi dan yang larut, kelebihan kotoran yang teradsorpsi
dengan begitu dilepaskan kembali ke larutan.
·
Penyaringan
Untuk
memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat
disentrifusa atau disaring.
Alat-alat saring yang paling banyak
dipakai adalahkertas saring dan asbes, selain itu dapat dipakai cawan gelas
atau cawan porcelain yang dasarnya berlubang-lubang atay berpori-pori. Karena
kekurangan-kekurangan pada kertas saring dan keuntungan-keuntungan pada
pemakaian alat-alat saring yang lain, maka kertas saring makin berkurang
peranannya. Kadang kertas saring tidak dapat dipakai.
Adapun
kelemahan kertas saring yaitu : tidak inert ( dapat rusak oleh asam dan basa
pekat serta macam-macam oksidator yang dapat mengakibatkan bocor ), kekuatan
mekanismenya kurang,dapat sobek atau ambrol,sehingga bocor dan mengotori
endapan karena seratnya terbawa terutama
untuk penyaringan dengan vakum agak menyulitkan, dapat mengadsorpsi bahan-baha
dari larutan yang disaring, untuk gravimetric perlu dibakar habis karena tidak
dapat dikeringkan sampai mencapai berat tetap.
Adapun kelebihan pemakaian kertas
saring ialah : murah,mudah diperoleh, efisiensi penyaringannya tinggi yang
disebabkan antara lain oleh permukaannya yang luas dan perbandingan
luas/pori-pori terhadap luas permukaan seluruhnya, besar. Untuk kecepatan
penyaringan tersedia kertas dengan pori-pori halus,medium, kasar. Setiap
produsen kertas harus mempunyai kodenya sendiri-sendiri.
Cawan
penyaring dengan dasar berpori-pori digunakan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan kertas saring. Cawan ini ada yang dari gelas,dan dipakai
untuk endapan-endapan yang hanya perlu dikeringkan pada temperature paling
tinggi 500oc,untuk endapan-endapan yang harus diuraikan dan distabilkan pada
temperature lebih tinggi dipakai cawan penyaring dari porcelain. Pada
penggunaan cawan-cawan ini tidak perlu lagi kertas saring, cairan dan endapan
langsung dimasukkan ke dalamnya. Keuntungan lain ialah bahwa penyaringan dapat
dipercepat dengan penyedotab udara di bawah cawan. Untuk tu cawan dipasang pada
labu penyaring, lalu udara diisap keluar. Cawan bersama dengan endapan
dipanaskan pada suhu yang diperlukan, berat cawan dengan isi pemanasan
dikurangi berat kosongnya memberikan berat endapan. Dengan cawan penyaring,
pengabuan kertas tidak perlu maka pemanasannya hanya untuk mengeringkan sampai
stabil. Hal ini dipakai untuk endapan-endapan tertentudan tetap susunannya.
Maka juga diperlukan temperature rendah. Namun ada kalanya diperlukan
temperature yang sangat tinggi ( misalnya untuk BaSO4,AlPo4 ), mungkin karena endapannya
halus sehingga air sukar meninggalkannya. Menguraikan endapan yang belum tentu
susunannya menjadi tertentu misalnya Fe(OH)3.Xh2O dll. Adakalanya endapan yang sudah tertentu
susunannya diuraikan menjadi bentuk lain yang juga tertentu misalnya MgNH4PO4.6H2O
·
Pencucian Endapan
Tujuannya
ialah menyingkirkan kotoran yang teradsoprsi pada permukaan endapan maupun yang
terbawa secara mekanis. Untuk kotoran-kotoran macam lain, pencucian sangat
tidak efektif. Cara mencuci endapan yaitu : (1) menyaring sampai larutan habis,
lalu memasukkan semua endapan ke dalam penyaring. Kemudian dituangkan cairan
pencuci pada endapan dan dibiarkan mengalir habis lalu diberikan lagi cairan
pencuci, begitu seterusnya diulang beberpa kali sampai dianggap endapannya
sudah bersih. (2) menyaring dengan
dekantasi atau mengenaptuang yaitu sepetri di atas, tetapi endapan tidak
langsung dipindahkan ke saringan, melainkan ditinggalkan dalam wadah semula.
Disitu ditambahkan cairan pencuci, diaduk dan didiamkan sampai endapan mengenap,
lalu cairan disaring dan endapan masih ditinggalkan di wadahnya. Ditambahkan
lagi cairan pencuci ke dalam wadah, dan proses di atas diulang-ulang sampai
dengan bersi baru kemudian endapan dimasukkan ke dalam penyaring.
·
Pemanasan
Bertujuan
untuk menghilangkan air bebas yang dapat mengganggu terutama dalam proses
pemijaran. Dilakukan diatas api bunsen sampai kertas saring mengarang.
Pemanasan dilakukan di oven
·
Pemijaran
Bertujuan
untuk menghilangkan air terikat dan mengubah zat menjadi oksida. Dilakukan di
tanur dengan suhu 3000 C. pemijaran dilakukan di tanur
·
Penimbangan dan Pendinginan
Endapan
yang dusah dikeringkan/ diuraikan harus menjadi dingin sampai menyamai suhu
neraca sebelum ditimbang. Perbedaan suhu yang terlalu besar dapat mengakibatkan
kerusakan pada neraca, tetapi lebih-lebih menyebabkan penimbangan tidak teliti
karena terjadi arus konveksi udara. Pendinginan harus dilakukan di dalam
eksikator yang berisi bahan pengering yang masih baik. Pendinginan di udara
terbuka menyebabkan endapan dan cawan yang sangat kering itu cepat menyerap uap
air dari udara dalam jumlah yang tidak tertentu, tergantung dari luas permukaan
maupun lamanya terkena udara. Di dalam eksikator pun terdapat uap air, jadi ada
juga penyerapan oleh endapan dan cawan tetapi lebih sedikit dan konstan asal
eksikator tidak terlalu lama terbuka dan bahan pengering masih aktif. Karena
sebab-sebab itu, maka penimbangan harus dilakukan secepat bahan sudah cukup
dingin tetapi tidak tergesa-gesa dan penimbangan juga harus selesai dengan
cepat. Sewaktu mendinginkan, cawan harus terbuka agar tidak menghambat
penurunan suhu,tetapi untuk mtnibang cawan harus ditutup agar mengurangi
penyerapan uap oleh endapan. Selama menunggu gilian ditimbang cawan harus tetap
dalam eksikator.
Beberapa
bahan selain mengikat uap air juga dapat bereaksi dengan CO2, misalnya CaO.
Bahan demikian sebaiknya didinginkan dan ditimbang dalam botol tertutup.
Memasukkan cawan ke dalam eksikator harus selagi masih panas, tetapi jangan
terlalu panas ( beberapa ratus oC). Bila keluar dari tanur atau turun dari
pemanasan dengan gas, ditunggu sebentar sampai pijar merahnya lenyap, lalu
dimasukkan ( jangan menyentuh dinding gelas ) tutup eksikator dipasang dengan
celah udara sedikit untuk kira kira ( ½-1) menit, baru dirapatkan. Kalau
langsung ditutup rapat, udara di dalam eksikator mengembang karena panasnya
cawan, menghasilkan tekanan yang dapat mengangkat tutup sampai terjatuh.
Memanaskan/
memijarkan bahan satu kali tidak menjamin bahwa endapan sudah benar kering atau
mrncapai sususnan yang tetap. Maka setelah ditimbang, cawan dan isinya harus
dipanaskan /dipijarkan kembali pada suhu seperti pertama kali mengerjakannya,
dinginkan lagi,ditimbang lagi. Bila selisih berat endapan menurut kedua
penimbangan masih terlalu besar ( 0,2-0,5 ) mg, pemanasan dan sebagainya
diulang-ulang sampai tercapai berat tetap.
Harus
dimengerti bahwa Banyak faktor yang menyebabkan tidak tercapai berat tetap
dengan cepat. Untuk menghindarinya cara kerja perlu distandarisasi (dibakukan),
misalnya berapa lama ditaruh di luar eksikator sebelum mendinginkan di
dalamnya, berapa lama didinginkan di dalam eksikator, dan sebagainya.
Berbagai macam bahan pengering dapat
digunakan untuk mengisi eksikator. Bahan-bahan tersebut tidak sama bahan
pengeringnya; ada pula yang dengan mudah dapat di “regenerasi” (dikembalikan ke
keadaan semula, jadi dikeringkan untuk dapat dipakai lagi setelah jenuh dengan
uap air); harga bahan juga mungkin sangat berbeda-beda. Dalam table dikemukakan
beberapa jenis bahan pengering dan sifat-sifatnya, agar dapat dipilih yang
sesuai dengan kemampuan dan/ atau kebutuhan.
·
Perhitungan
% = 

BAB III
APLIKASI GRAVIMETRI
A.
Penetapan
Kalium ( K ) dalam Air laut dengan (NaB(C6H5)4)
1.
Prinsip
Percobaan :
·
menentukan kadar kalium
( k ) secara gravimetri dengan cara mengendapkannya menggunakan natrium tetra
fenil boron (NaB(C6H5)4) Sebagai pereaksi pengendap.
2.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
• Neraca
analitik
• Pipet
volumetrik
• Krus
porselain
• Gelas
piala
• Oven
• Desikator
• Bunsen
• Kertas
saring
• Corong
Bahan yang digunakan adalah sebagai berkut :
• Sampel
air laut
• HCl
pekat
• larutan
NaB(C6H5)4
3.
Prosedur
kerja
•
Penyiapan sampel
•
Penyiapan larutan
pereaksi
•
Perlakuan terhadap
sampel
•
Proses pengendapan
•
Proses penyaringan dan
pencucian
•
Proses pemanasan
endapan
•
Perhitungan berdasarkan
data analisis
•
Pelaporan hasil
praktikum
4.
Langkah
Kerja
a.
Dipipet
25,00 ml sampel air laut kedalam labu erlenmeyer 100 ml
b. Ditambah
3,0 ml HCl pekat
c. Ditaruh
didalam ice-water bath selama 10 menit
d. Sekitar
10 ml larutan NaB(C6H5)4 1% dingin ditambahkan kedalam larutan
diatas.
e. Kocok
sehingga merata sambil menutup erlenmeyer
f. Taruh
kembali dalam ice-water bath beberapa menit
g. Endapan
yang terbentuk disaring dengan sintered-glass crucible porosity no.4(yang telah
ditimbang). Sisa endapan dan larutan yang ada pada erlenmeyer dicuci beberapa
kali dengan air dingin dan dituangkan melalui crucible
h. Crucible
yang berisi endapan dikeringkan dalam oven dengan suhu 120oC sampai
mencapai berat konstan
i.
Endapan yang terbentuk
dapat dihitung
j.
Percobaan ini dilakukan
3 kali . Hitung kadar kalium (K) dalam sampel tersebut
5.
Reaksi
yang terjadi
K+ +
NaB(C6H5)4 →
KB(C6H5)4 +
Na+
6.
Perhitungan
• Kadar
K dalam air laut (%) :
- secara praktikum
Gram
K = berat endapan KB(C6H5)4 x faktor
gravimetri
Ø Berat
endapan sebesar 12.149 gram
• Berat
K = 12.149 gram x 0.0562
=0.68 gram
• Persen
K dalam sampel = 0.68 x 100 %
=
68 %
B.
Penetapan Kadar SiO2 dalam Pupuk Dolomite
1.
Prinsip :
Silikat larut
dalam HF, oleh karena itu kadar Silikat dapat ditetapkan secara gravimetri,
dengan membandingkan selisih berat
sebelum dan
sesudah penambahan HF.
2.
Prosedur Kerja
·
Timbang teliti 1 g
pupuk kedalam gelas piala 150 mL
·
25 mL HCl ( 1:1),
didihkan sampai larut (15 menit)
·
Encerkan dengan
aquades dan saring dengan kertas saring
·
Didinginkan dalam
desikator, kemudian ditimbang
·
Selanjutnya abu
ditetesi dengan HF dan 1 tetes H2SO4 pekat
·
Panaskan
di atas hot plate
·
Dinginkan dalam
desikator dan timbang demikian sampai berat tetap
3.
Reaksi :
SiO2 +
6HF → H2SiF6 + 2H2O
4.
Perhitungan
Massa
SiO2 = (massa cawan +residu) - (massa cawan + filtrat)
%
SiO2 =
massa SiO2/massa sample x 100%
C. Penentuan kadar SiO2
Dalam Bauksit
1. Prinsip
Bagian
yang tidak larut dalam pelarutan sample bauksit dengan HCl pekat, dipisahkan
melalui penyaringan, kemudian dipijarkan dan ditimbang sebagai SiF4
. kadar SiO2 dihitung dari selisih berat sebelum dan sesudah
penambahan HF.
2. Metode Kerja
·
Timbang 0,5 – 1 gram
sample mineral bauksit yang sudah dikeringkan pada suhu 105oC - 110oC,
dimasukan kedalam gelas piala
·
Tambahkan 15 ml HCl(p),
5ml HNO3(p) dan 10 ml H2SO4 1:1 panaskan
larutan perlahan lahan sambil ditutup dgn kaca arloji diatas hot plate sampai
larut kecuali SiO2, kemudian buka tutupnya dan panaskan hingga keluar asap
putih lanjutkan pemanasan hingga kering
·
Tambahkan 10 ml HCl(p)
panaskan sampai endapan larut encerkan hingga 100 ml dengan Aqua DM
·
Saring dengan kertas
saring
·
Endapan dicuci dengan
aqua DM panas sampai bersih dan terakhir dicuci dengan HCl 1% masukan kedalam
cawan platina
·
Keringkan, arangkan dan
abukan serta pijarkan kertas saring didalam furnance selama 45 menit
dinginkan kemudian timbang
·
Residu hasil pemijaran
dibasahi dengan aqua DM dan tambahkan dengan 3 ml HF uapkan hingga kering dan
SiO2 benar benar hilang
·
Pijarkan didalam
furnance selama 15 menit, dinginkan kemudian timbang
3. Reaksi
Fe2O3 + 6HCl --> 2FeCl3
+ 3H2O
Al2O3 + 6HCl --> 2AlCl3
+ 3H2O
Na2SiO3 + 2HCl --> SiO2
+ H2O + 2NaCl
SiO2 + 6HF --> H2SiF6
+ 2H2O
H2SiF6 --> SiF4
+ 2HF
4. perhitungan
Massa SiO2 = (massa cawan +residu)
- (massa cawan + filtrat)
% SiO2
= massa SiO2/massa sample x 100%
5.
Keterangan
a. Penambahan Aqua
regiabertujuanuntukmelarutkanoksidaoksida lain selain SiO32-
b. Cawan yang digunakan adalah cawan yang
terbuat dari platina dikaren ajika menggunakan porcelain silikat yang ada dalam
porcelain akan larut ketika penambahan HF sehingga kadar SiO2 akan bertambah.
c. Pada saat pengambilan HF harus
menggunakan pipet yang tebuatdari plastic dikarenakn HF dapat melarutkan kaca karena
di dalam kaca terdapat silikat yang dapat menambah kadar SiO2
D. Penetapan
Kadar Sulfur dalam Pupuk
1. Prinsip
Penetapan kadar Sulfur dalam Pupuk secara gravimetri
dengan menggunakan pengendap BaCl2
2. Metode Kerja
·
Ditimbang dengan
teliti 0,5 g sampel dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 10 mL larutan HCL 4 N sambil
diaduk kemudian tambahkan 100 mL air dan panaskan sampai mendidih
·
Bubuhi dengan cepat
BaCl2 mendidih (10 mL BaCl2 0,5 N dalam 50 mL air) sambil
diaduk. Biarkan endapan mengenap dan ditambahkan 1 tetes BaCl2 ,
jika sudah tidak terbentuk endapan putih penambahan larutan dihentikan.
·
Didiamkan endapan
dalam penangas air selama 1 jam kemudian endaptuangkan dengan air panas sampai
4 kali ( uji dengan lakmus).
·
Saring dengan
kertas saring bebas abu.
·
Cuci kemudian
pindahkan dalam krus poselin dan keringkan dalam oven.
·
Abukan endapan yang
diperoleh pada temperatur 700-1100oC selama sekitar 3 jam.
·
Didinginkan dalam
desikator sampai temperatur kamar.
·
Timbang dan
tentukan kadar sulfur dalam sampel pupuk
3. Reaksi
S2-
+ BaCl2 → BaS
+ 2Cl
E. Penetapan kadar sulfat dalam pupuk ZA
1.
Prinsip
Sulfat dalam sample (pupuk ZA) dapat ditentukan
Secara gravimetri
dengan menggunakan
larutan
pengendap BaCl2 sebagai
BaSO4.
2. Alat dan
Bahan
a. Beker glass
b. Desikator
c. Pipet Volume
d. Kertas saring
e. Neraca Analitik
f. Tabung erlemeyer
g. Oven
h. Corong
i. pupuk ZA
j. Aquades
k. Larutan BaCl2
10%
3. Metode Kerja
·
Dilarutkan 5 gr
pupuk ZA dalam 100 ml aquadest
·
Dipipet 25 ml
larutan pupuk ZA dan dimasukkan ke dalam gelas piala
·
Tambahkan 5 ml
larutan BaCl2 10%
·
Didiamkan selama 15
menit
·
Disaring endapan
yang terbentuk dengan kertas saaring
·
Endapan dicuci
dengan menggunakan aquadest perlahan - lahan
·
Dikeringkan endapan
dalam oven sampai berat konstan dengan suhu 1050C
·
didinginkan dalam
eksikator
·
Ditimbang endapan
bersama kertas saring
4. Reaksi
SO42- + BaCl2 -Ã BaSo4
+ 2Cl
5. Perhitungan
% Sulfat :
F. Penetapan
kadar Sulfat dalam Air Laut
1. Prinsip
Sulfat dalam sample (Air laut) dapat ditentukan secara
gravimetri dengan menggunakan larutan pengendap BaCl2
sebagai
BaSO4.
2. Metode Kerja
·
Dipipet 25 mL
sampel air laut
·
Dimasukkan kedalam
gelas beker
·
Ditambahkan 0,5 mL
HCl 37% 200 mL dan dipanaskan
·
Ditambahkan 10 mL
BaCl₂
0,2 M tetes demi tetes sambil diaduk sampai terbentuk endapan
·
Diamkan selama 30
menit diatas penangas air dalam keadaan tertutup
·
Diperiksa dengan
beberapa tetes larutan BaCl₂
·
Endapan disaring
·
Endapan dicuci oleh
air panas untuk menghilangkan Cl
3. Reaksi
SO42- +BaCl -Ã
BaSO4 + 2Cl
G. Penentuan
Kadar Kalsium dalam Batu kapur
1. Prinsip
Kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat
dianalisa dengan cara gravimetri dengan merobah unsur atau ion tersebut kedalam
suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penambahan pereaksi pengendap
2. Metode Kerja
·
Cuplikan ditimbang
± 0,2000 gr
·
Di larutkan dalan
HCl encer
·
Panaskan diatas
penangas air hingga
·
suhu 70 - 80 0C
·
Endapkan dengan (NH4)2CO3
hingga sempurna
·
Panaskan kembali ±
1 jam
·
Saring dengan
kertas saring yang sebelumnya telah ditimbang kertas saringnya
3. Reaksi
CaCO3
+ 2HCl → CaCl2 + CO2 + H2O
CaCl2
+ (NH4)2CO3 → CaCO3 + 2NH4
H. PENETAPAN
KADAR SULFAT (SO4) DALAM SEMEN
1.
TUJUAN
Dapat menentukan kadar
sulfat (SO4) dalam semen dengan metode gravimetri.
2.
PRINSIP KERJA
Sampel semen di endapkan
dengan larutan Barium Klorida (BaCl2), endapan berupa Barium Sulfat
(BaSO4).
3.
REAKSI
CaSO4 + BaCl2 Ã BaSO4 + CaCl2
4.
ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat yang
di gunakan :
·
gelas piala 100 dan 200 mL
·
gelas ukur
·
corong gelas
·
pipet tetes
·
pipet volum
·
kertas saring
·
batang pengaduk
·
pemanas (hot plate)
·
cawan porselin
·
Oven
·
Tanur
·
neraca analitik
4.2 Bahan
yang digunakan :
·
sampel semen
·
air suling
·
larutan HCl (1:1)
·
larutan BaCl2 10%
5.
CARA KERJA
·
Sampel semen ditimbang sebanyak 1 gr, kemudian dimasukkan
ke dalam gelas piala 100 mL
·
ditambahkan
sedikit air suling, sambil diaduk
·
ditambahkan
10 mL HCl (1:1)
·
ditambahkan
air suling hingga 100 mL
·
dipanaskan
di atas pemanas hingga mendidih
·
Larutan
kemudian disaring menggunakan kertas saring, dicuci dan diambil filtratnya 200
mL
·
Filtrat
ditambahkan 10 mL BaCl2 10% hingga terbentuk endapan putih, lalu
didiamkan selama 1 malam
·
kemudian
larutan disaring menggunakan kertas saring
·
Kertas
saring + endapan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui berat
dari cawan porselin tersebut
·
dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C selama 1 jam
·
Cawan porselin + endapan dibakar dalam tanur pada
suhu 1000 + 500C selama 45 menit
·
Cawan beserta endapan dari hasil pembakaran ditimbang
6.
PERHITUNGAN
% SO4 = 

SO4 ( mg/L) = 

I. Penetapan Kadar SiO2 dalam Batu Bara
1. Prinsip
Penetapan kadar SiO2 pada batu bara dengan metode gravimetri,pada proses
nya dilakukan pemanasan pada sample yang sudah ditambahkan oleh lautan lain,dan
dilakukan proses pendinginan serta penguapan.
2. Prosedur Kerja
1)
0,5 g sampel yang telah
dipanaskan pada suhu 105oC-110oC
2)
dimasukkan ke dalam beaker gelas
100 mL
3)
dilarutkan dengan 10 mL akuades,
4)
kemudian ditambahkan 10 mL HNO3
p.a dan 20 mL HClO4
5)
dipanaskan di atas penangas
sampai keluar uap putih, setelah itu beaker gelas ditutup Setelah dingin,
larutan
6)
ditambah dengan 50 mL akuades,
kemudian dipanaskan dan dididihkan sampai garam-garam yang terbentuk larut
dengan kaca arloji dan dipanaskan kembali selama 15 menit
7)
Selanjutnya larutan disaring.
8)
Kertas saring dan residu dicuci
dengan air panas sebanyak 15 kali.
9)
Kemudian residu dan kertas saring
dimasukkan ke dalam cawan platina
10)
dipanaskan dan dibakar di atas
nyala gas sampai terbentuk abu kemudian dipijarkan
11)
pada furnace dengan suhu
1000oC selama 30 menit
12)
didinginkan dan ditimbang
13)
residu dalam platina dilarutkan
dengan sedikit air, ditambahkan 1-2 tetes H2SO4 dan 5 mL HF
14)
diuapkan sampai kering di atas
plat pemanas dan dipijarkan pada furnace dengan suhu 1000oC selama 2
menit
15)
didinginkan dan ditimbang
3. Reaksi
SiO2(s) + 2NaOH(aq) →Na2SiO3(aq) + H2O(aq)
Na2SiO3(aq) + 2HCl(aq) H2SiO3(s) + 2NaCl(aq)
H2SiO3(s) SiO2(s) + H2O(aq)
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gravimetri adalalah analisa
kuantitatif berdasarkan perhitungan bobot analit. Langkah untuk mencapai
analisis harus melewati kurang lebih 14 tahap. Pada gravimetri juga dihitung
kadar air yang bertujuan untuk mendapatkan bobot analit yang anhidrat ( tidak
mengandung air ). Metode gravimetric ada 3 yaitu penguapan, pemanasan,dan
elektrogravimetri. Metode ini sesuai dengan kebutuhan analit.
B.
Saran
Metode analisis gravimetri ini membutuhkan dan
kesabaran yang benar-benar. Perhitungan kadar air sangat penting, karena kalau
ada kesalahan pada tahap ini kadar analit yang sebenarnya tidak dapat
dipastikan
LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Pada
saat pengambilan HF mengapa menggunakan pipet tetes ?
2. Bagaimana
cara mengetahui bahwa suatu analit beratnya sudah konstan ?
3. Endapan
dicuci dengan air panas sampai bebas Cl, bagaimana cara mengetahuinya ?
4. Apakah
prosedur gravimetri untuk membedakan kadar air dan kadar abu ? mengapa harus
dipanaskan sampai 105oC ?
5. Abu
+ HF + H2SO4 ? mengapa ? apakah asam bisa diganti ?
Jawaban
1. Karena
sifat HF yang dapat melartukan kaca ( mengandung silikat ) yang berpotensi
menambah bobot SiO2 dalam
percobaan ini.
2. Dengan
cara menimbangnya di neraca analitik. Jika pertambahan bobot analit + porcelain
> 0,0009 maka berat ini sudah konstan ( tidak mengandung air ), jika
pertambahan bobotnya < 0,0009 maka harus dipanaskan lagi di dalam oven 5-10
menit karena belum konstan ( masih mengandung air).
3. Yang
menandakan hilangnya Cl adalah perubahan warna larutan dari hijau pekat menjadi
hijau muda dan adanya uap yang keluar.
4. Penentuan
kadar air dan kadar abu pada prosedur gravimetric sama, suhu harus dipanaskan
sampai 105oC karena pada suhu ini air sudah tidak ada kandungannya
dalam analit dan kalau lebih besar suhunya dari 110oC maka
kemungkinan ada zat organic yang menguap dan akan mengurangi bobot analit.
5. Sebagai
katalisator bisa diganti dengan aam-asam yang kuat fungsinya juga sebagai
katalisator.